Kamis, 21 April 2011

TUGAS ARTIKEL

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

EVI NUR’AFIYAH JAMIL

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SUBANG
Jl. Marsinu No 05 Subang

NPM : 0851210057

ABSTRAK

Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika

Pendekatan kontelstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001).
Program pembelajaran kontekstual lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap-demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Perumusan tujuan yang berkecil-kecil, bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana pembelajran berbasis CTL, mengingat yang akan dicapai bukan "hasil", tetapi lebih dari pada "strategi belajar". Yang diinginkankan bukan "banyak , tetapi dangkal", melainkan "sedikit, tetapi mendalam".
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika, berusaha untuk mengubah kondisi di atas, yaitu dengan membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari konteks kehidupan nyata siswa (daily life). Selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep matematika, dengan melalui tanya-jawab, diskusi, inkuiri, sehingga siswa dapat mengkontruksi konsep tersebut dalam pikirannya. Dengan demikian siswa belajar melalui Penerapan pendekatan kontekstual sejalan dengan tumbuh-kembangnya matematika itu sendiri dan ilmu pengetahuan secara umum. Matematika tumbuh dan berkembang bukan melalui pemberitahuan, akan tetapi melalui inkuiri, kontruksivisme, tanya-jawab, dan semacamnya yang dimulai dari pengamatan pada kehidupan sehari-hari yang dialami secara nyata.



Kata Kunci : pendekatan kontekstual, konsep belajar matematika, pembelajaran matematika


A. Latar Belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika ‘anak mengalami' apa yang dipelajarinya, bukan 'mengetahui'-nya. Pembelajaran yang berorieritasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi 'mengingat' jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkm persoalan dalam kehidupm.jangka panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran dihadapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses penibelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (baca: pengetahuan dan keterampilan) datang dari 'menemukan sendiri', bukan dari 'apa kata guru'. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam buku ringkas ini dibahas persoalan yang berkenaan dengan pendekatan kontekstual dan implikasi penerapannya.

B. Kajian Pustaka
Pendekatan kontekstual dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada siklus pertama, yaitu langkah mengajar guru lebih sistematik sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun, guru tidak lagi berorientasi pada hasil tetapi lebih pada proses anak belajar untuk menguasai kemampuan, kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, dan peran siswa mulai diaktifkan. Pada siklus kedua dapat diambil kesimpulan, yaitu langkah pembelajaran semakin sistematik, siswa dapat dipilih sebagai model bagi siswa lain. Pada siklus ketiga dapat diambil kesimpulan, yaitu hasil tulisan siswa terlihat lebih rapi dan dapat dibaca orang lain dan penerapan pendekatan kontekstual memberikan dampak positif terhadap kinerja dan prestasi siswa.
Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual
• Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkostruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
• Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
• Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
• Ciptakan 'masyarakat belajar' (belajar dalam kelompok-kelompok).
• Hadirkan 'model' sebagai contoh pembelajaran.
• Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
• Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut :
1. Proses Belajar
• Belajar tidak hanya sekedar menghafal. siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
• Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
• Pra ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subject matter).
• Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
• Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
• Siswa perlu dibiasakan memmecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
• Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah dan terus-menerus dipajangkan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berperilaku.
2. Transfer Belajar
• Sisawa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain.
• Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit-demi sedikit.
• Penting bagi siswa tahu "untuk apa" ia belajar, dan "bagaimana" ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
3. Siswa Sebagai Pembelajar
• Manusia mempunyai kecendrungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak menpunyai kecendrungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
• Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru.
• Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
• Peran orang dewasa (guru) mebantu menghubungkan antara "yang baru" dan yang sudah diketahui.
• Tugas guru "memfasilitasi" agar informasi baru bermakna memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
• Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari "guru akting didepan kelas, siswa menonton" ke "siswa bekerja dan berkarya, guru mengarahkan".
• Pengajaran harus berpusat pada "bagaimana cara" siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibanding hasilnya.
• Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar.
• Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Metodologi
Metode yang digunakan untuk pendekatan kontekstual yaitu sebagai berikut :
1. Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme (constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Dimana siswa tersebut mengetahui sesuatu atas dasar pengembangan dirinya sendiri. Tugas guru adalah memfasilitasi agar siswa belajar lebih nyaman dan bisa mengembangkan hasi pemikirannya sendiri, yaitu dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Misalnya : Guru menanyakan alat yang biasanya ditulis oleh kapur, kemudian siswa menjawab, papan tulis. Guru menjelaskannya kembali, bahwa papan tulis ini berbentuk persegi panjang. Persegi panjang itu memiliki panjang dan lebar. Jika kita akan menhitung keliling persegi panjang, maka setiap sisi papan tulis yang persegi panjang harus ditambahkan. Sedangakan untuk menghitung luas persegi panjang adalah panjang papan tulis tersebut dikali lebar papan tulis.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus Inquiry:
Observasi
Bertanya
Mengajukan dugaan (hipotesis)
Mengumpulkan data
Menyimpulkan
Langkah-langkah kegiatan inquiry:
1. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
• Bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit (dalam mata pelajaran sejarah)
• Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai Kendari (bahasa Indonesia)?
• Ada berapa jenis tumbuham menurut bentuk bijinya (biologi)
• Kota mana saja yang termasuk kota besar di Indonesia? (geografi)
2. Mengamati atau observasi
• Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
• Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table dan karya lainnya ;
• Siswa membuat peta kota-kota besar sendiri.
• Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri.
• Siswa membuat bagan silsilah raja-raja majapahit sendiri.
• Siswa membuat penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri
• Siswa membuat essai atau usulan kepada Pemerintah tentang berbagai masalah di daerahnya sendiri, dst.
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain
• Karya siswa disampaikan teman sekelas, guru, atau kepada orang banyak untuk mendapatkan masukan
• Bertanya jawab dengan teman,
• Memunculkan ide-ide baru
• Melakukan refleksi
• Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di majalah dinding, majalah sekolah, dsb.
3. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari "bertanya". Questioning merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa.
Misalnya : Guru menjelaskan bahwa persegi mempunyai sisi yang sama panjangnya dengan masing-masing sisi mempunyai panjang 5 cm. maka luas persegi adalah 25 cm, kemudian siswa bertanaya “ 25 cm itu dari mana pak? “ guru menjawab “ 25 cm adalah dari sisi dikali sisi. Karena untuk mencari luas persegi yaitu dengan cara panjang sisi persegi kali panajng sisi persegi. Berhubung panjang sisi tersebut adalah 5 cm, maka luas persegi tersebut adalah 5 x 5 = 25 cm.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antarmereka yang tahu ke mereka yang sebelum tahu. Dalam masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.
Misalnya : Dalam suatu kelas terdiri dari satu pengajar dan 30 pembelajar (siswa). Ketika guru mengjarkan siswa harus memperhatikan guru tersebut, tidak ada yang mengerjakan seuatu kecuali memperhatikan guru tersebut. Apabila ada salah satu siswa yang tidak memperhatikan guru yang menerangkan didepan, maka siswa tersebut tidak terlibat dalam kelompok masyarakat belajar, karena siswa tersebut keluar dari pembahasan yang diterangkan oleh guru.
5. Pemodelan (Modelling)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.
Misalnya : Dalam pembelajaran matematika biasanya indentik dengan pemodelan, guru mengajarkan tentang lingkaran, persegi, kubus, limas dan lain sebagainya itu membutuhkan pemodelan, baik secara abstrak, ril, dan sebagainya. Tujuannya agar siswa mengerti bentuk-bentuk apa saja yang ada pada pembelajaran matematika itu.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelejaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Misalnya : Setelah belajar hendaknya guru melakukan pengulangan kembali, agar guru dapat mengetahui mana siswa yang sudah paham dan mana yang belum paham dan siswa juga dapat mengingat kembali tentang apa yang telah dipelajarinya.
7. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Misalnya : Melaksanakan tes untuk menilai tingkat peguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Apabila terdapat hasil siswa yang kurang baik, tugas guru bukan mematikan semangat siswa tersebut dengan kata-kata yang kurang baik, tetapi guru tersebut sebaiknya memberi arahan yang bisa memotivasikan siswa agar siswa dapat belajar degan lebih baik.
E. Hasil dan Diskusi
Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematka adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami oleh siswa, agar siswa lebih mudah memeahami maksud dari konsep tersebut, dan agar siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
 Prinsip Pendekatan Kontekstual
a) Konstruktifisme adalah landasan berfikir yang dibangun sedikit demi sedikit oleh siswa.
b) Menemukan (inquiry) adalah Pengetahuan yang dimiliki siswa dari hasil menemukan sendiri.
c) Bertanya (question) Pengetahun yang siswa dapatan dari hasil bertanya.
d) Masyarakat Belajar adalah Siswa belajar secara bersama-sama di dalam suatu ruangan yang di bimbing oleh seorang guru (pengajar).
e) Pemodelan adalah Pembelajaran yang dilakukan guru atau siswa, yang bisa dibentuk model-model pembelajarannya. Baik secara abstrak ataupun ril.
f) Refleksi adalah Pengulangan pelajaran yang telah lalu yang dilakukan oleh siswa dan di bimbing oleh guru.
g) Penilaian yang Sebenarnya adalah Proses pengmpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran perkembangan belajar siswa.
 Karakteristik Pendekatan Kontekstual
a) Adanya kerjasama
b) Siswa aktif dan kritis
c) Pembelajaran terintegrasi
d) Dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa
e) Lapiran kepada orang tua bukan sekedar rapot, melainkan hasil karya siswa.
 Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual
a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri.
b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d) Ciptakan 'masyarakat belajar' (belajar dalam kelompok-kelompok).
e) Hadirkan 'model' sebagai contoh pembelajaran.
f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.


1.1. Bagaimana Pendekatan Kontekstual diterapakan Pada Siswa ?
Penerapan pendekatan kontekstual dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada siklus pertama dapat diambil kesimpulan, yaitu langkah mengajar guru lebih sistematik sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun, guru tidak lagi berorientasi pada hasil tetapi lebih pada proses anak belajar untuk menguasai kemampuan, kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, dan peran siswa mulai diaktifkan. Pada siklus kedua dapat diambil kesimpulan, yaitu langkah pembelajaran semakin sistematik, siswa dapat dipilih sebagai model bagi siswa lain. Pada siklus ketiga dapat diambil kesimpulan, yaitu hasil tulisan siswa terlihat lebih rapi dan dapat dibaca orang lain dan penerapan pendekatan kontekstual memberikan dampak positif terhadap kinerja dan prestasi siswa.
Dalam pembelajaran Kontekstual, program lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yang berisi sekenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.
Pendekatan kontekstual ini sangat signifikan baik terhadap kemampuan analisis, sintesis maupun keterampilan berkomunikasi. Karena pendekatan ini sangat cocok sekali digunakan dalam pembelajaran matemaika. Oleh karena itu pendekatan ini banyak diterapkan pada pelaksanaan pengajaran. Di samping itu pendekatan ini juga bisa membantu siswa untuk mengembangkan pengetehuan yang didapatkannya, sehingga siswa lebih mudah memahaminya.

1.2. Apa Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual ?
a) Kelebihan dari pendekatan kontekstual dapat dilihat dari tujuh komponen utama dari pendekatan kontekstual, yang tidak dimiliki oleh pendekatan konvensional. Disamping itu pendekatan kontekstual juga suatu pendekatan dapat membantu guru dalam mengajar untuk membawa siswa ke dunia nyata, sesuai dengan konteks dan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari. Dengan demikian, pendekatan kontekstual tentunya sangat membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajarinya.
b) Kelemahan dari pendekatan kontekstual yang sangat menonjol adalah dari segi waktu. Untuk menerapkan pendekatan kontekstual pada suatu pembelajaran, waktu yang dibutuhkan sangat banyak. Sehingga akan berdampak pada tidak tercapainya alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Disamping itu, kelemahan yang dimiliki oleh pendekatan kontekstual tidak dapat diterapkan untuk semua materi matematika. H. Materi Volum Tabung dan Kerucut a.

E. Kesimpulan
Pendekatan Kontekstual ini sangat baik diterapkan untuk metode pembelajaran SD, SMP, SMA, sederajat bahkan perguruan tinggi sekalipun. Karena banyak guru yang berhasil menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran yang dilakukannya. Oleh karena itu banyak siswa yang mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri untuk mengetahui sesuatu yang belum dipahaminya. Pendekatan kontekstual ini sangat signifikan baik terhadap kemampuan analisis, sintesis maupun keterampilan berkomunikasi. Sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, berani dan mampu mengerjakan suatu masalah untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut.

F. Daftar Pustaka
http://rbaryans.wordpress.com/2007/07/31/
http://karso.mulyo.blog.plasa.com/2009/02/01/kajian-kesetarapan-antara-pendekatan-kontekstual-dengan-realistic-mathematic-education
http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/11-Pembelajaran-matematika kontekstual.pdf.
http://educare.e-fkipunla.net
http://lowongan.promosale.net/search/Pendekatan+Kontekstual+dalam+Pembelajaran+Matematika
Erman Suherman Generated: 3 June, 2010, 04:58Page 2 http://educare.e-fkipunla.net
Pembelajaran dan Pengejaran Kontekstual. Jakarta : Depdiknas. Kasihani, K., dkk. (2002)
Author: makalah | Posted at: 00:25 | Filed Under: Pendidikan |